Hukum Puasa Rajab Bolehkah Menurut Islam ?

Hukum Puasa Rajab Bolehkah Menurut Islam ? - Bulan Rajab merupakan bulan yang mulia serta utama. Bulan yang spesial untuk berdoa serta bermunajat, mengadu serta menangis pada Allah Yang Maha Agung. Bulan yang spesial untuk menyiapkan diri masuk bulan Ramadhan yang penuh karunia, karunia serta maghfirah. Diantara keutamaan bulan Rajab di dalamnya ada malam Raghaib. Malam Raghaib merupakan malam Jum’at pertama di bulan Rajab, malam semua malaikat langit serta bumi bergabung di Ka’bah serta sekelilingnya untuk memohonkan ampunan buat golongan muslimin serta mukminin. Lebih detil mengenai keistimewaannya silakan baca pengakuan Rasulullah saw mengenai malam Raghaib. Tidak hanya malam Raghaib ada banyak lagi amalan serta doa-doa di bulan Rajab.

Ada 2 hal yang perlu dilihat dalam mengulas permasalahan puasa Rojab. Pertama : Tidak ada kisah yang benar dari Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam yang melarang puasa Rajab. Ke-2 : Banyak riwayat-riwayat mengenai keutamaan puasa Rajab yang tidak benar serta palsu.

Serta didalam penduduk kita ada 2 kutub ekstrim. Pertama merupakan sekumpulan kecil golongan muslimin yang mengatakan dengan lantang jika puasa bulan Rajab merupakan bid’ah. Ke-2 merupakan sekumpulan orang yang biasa lakukan atau menyeru puasa Rajab namun tidak mengerti sudah membawa riwayat-riwayat tidak benar serta palsu. Karena itu dalam risalah kecil ini kami ingin coba mendatangkan kisah yang benar sekaligus juga pandangan beberapa ulama 4 madzhab mengenai puasa di bulan Rajab


Sebetulnya permasalahan puasa Rajab telah dibicarakan selesai oleh ulama-ulama terdahulu dengan jelas serta gamblang. Namun karena ada grup kecil hamba-hamba Alloh yang biasa MENUDUH BID’AH ORANG LAIN mengatakan dengan lantang jika amalan puasa di bulan Rajab merupakan suatu yang bid’ah.

Dengan risalah kecil ini mari kita lihat hujjah beberapa ulama mengenai puasa bulan Rajab serta mari kita juga lihat ketidaksamaan beberapa ulama didalam menanggapi hukum puasa di bulan Rajab. Yang pasti bulan Rajab merupakan termasuk juga bulan Haram yang 4 (Dzul Qo’dah, Dzul Hijjah, Muharram serta Rajab) serta bulan haram ini dimuliakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala hingga tidak diperbolehkan untuk berperang di dalamnya serta ada banyak keutamaan didalam bulan-bulan haram itu terutamanya bulan Rajab. Serta disini kami cuma akan mengulas permasalahan puasa Rajab, untuk permasalahan yang lain seperti hukum rayakan Isro’ Mi’roj serta sholat malam di bulan Rajab akan kami hadirkan pada risalah yang berlainan.

Tidak kami pungkiri ada hadits-hadits dho’if atau palsu (Maudhu’) yang seringkali dikemukakan oleh beberapa simpatisan puasa Rajab. Oleh karena itu harus buat kami untuk menuturkan supaya jangan pernah ada yang membawa hadits-hadits palsu meskipun untuk kebaikan seperti meningkatkan orang untuk melaksanakan ibadah hukumnya merupakan HARAM serta DOSA BESAR seperti ancaman Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori serta Imam Muslim :

مَن�' كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَل�'يَتَبَوَّء�' مَق�'عَدَهُ مِنَ النَّارِ

Berarti : “Barang siapa menyengaja berbohong atas namaku karena itu sebaiknya menyiapkan diri untuk tempati neraka”.

Serta perlu untuk diketahui jika dengan adanya banyak hadits-hadits palsu mengenai keutamaan puasa Rojab itu bukan bermakna tidak ada hadits yang benar yang mengulas mengenai keistimewaannya bulan Rojab.

DALIL-DALIL TENTANG PUASA RAJAB

1. Dalil mengenai puasa Rajab Dengan umum

Himbauan pada umumnya untuk perbanyak puasa terkecuali di hari-hari yang diharamkan yang 5. Serta bulan Rajab merupakan bukan termasuk juga hari-hari yang diharamkan. Dan anjuran-anjuran perbanyak di hari-hari seperti puasa hari Senin, puasa hari Kamis, puasa hari-hari putih, puasa Daud dan sebagainya yang itu semua dapat dikerjakan serta masih disarankan meskipun di bulan Rajab. Di bawah ini merupakan riwayat-riwayat mengenai keutamaan puasa.

Hadits Yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori No. 5472 :

كُلُّ عَمَلِ اب�'نِ أَدَمَ لَهُ إِلاَّ الصِّيَامُ وَأَنَا أَج�'زِي�' بِهِ

“Semua amal anak adam (pahalanya) untuk dia terkecuali puasa karena itu saya secara langsung yang membalasnya”

Hadits Yang diriwayatkan oleh Imam Muslim No. 1942 :

لَخُلُو�'فُ فَمِ الصَّائِمِ أَط�'يَبُ عِن�'دَ اللهِ مِن�' رِي�'حِ ال�'مِس�'كِ يَو�'مَ ال�'قِيَامَةِ

“Bau mulutnya orang yang berpuasa itu lebih wangi dari misik menurut Allah nantinya pada hari qiamat”

Yang disebut Allah akan membalasnya sendiri merupakan pahala puasa tidak hanya terbatas hitungan tidak seperti pahala beribadah shalat jama’ah dengan 27 derajat. Atau beribadah lainnya yang satu kebaikan dilipat gandakan jadi 10 kebaikan.

Hadits yang diriwayatkan Imam Bukhori No. 1063 serta Imam Muslim No. 1969 :

إِنَّ أَحَبَّ الصِّيَامِ إِلَى اللهِ صِيَامُ دَاوُدَ كَانَ يَصُو�'مُ يَو�'مًا وَ يُف�'طِرُ يَو�'مًا

“Sesungguhnya sangat utamanya puasa merupakan puasa saudaraku Nabi Daud, beliau satu hari puasa serta satu hari buka”

2. Dalil-Dalil Mengenai Puasa Rajab dengan Khusus

Hadits yang diriwayatkan Imam Muslim

أَنَّ عُث�'مَانَ ب�'نَ حَكِي�'مٍ ا�'لأَن�'صَارِيِّ قَالَ : ” سَأَل�'تُ سَعِي�'دَ ب�'نَ جُبَي�'رٍ عَن�' صَو�'مِ رَجَبَ ؟ وَنَح�'نُ يَو�'مَئِذٍ فِي�' رَجَبَ فَقَالَ سَمِع�'تُ اب�'نَ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَن�'هُمَا يَقُو�'لُ كَانَ رَسُو�'لُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَي�'هِ وَسَلَّمَ يَصُو�'مُ حَتَّى نَقُو�'لَ لاَ يُف�'طِرُ، وَيُف�'طِرُ حَتَّى نَقُو�'لَ لاَ يَصُو�'مُ”

“Sesungguhnya Sayyidina Ustman Ibn Hakim Al-Anshori, berkata : “Aku menanyakan pada Sa’id Ibn Jubair mengenai puasa di bulan Rajab serta saat itu kami memang di bulan Rajab”, karena itu Sa’id menjawab : “Aku dengar Ibnu ‘Abbas berkata : “Nabi Muhammad SAW berpuasa (di bulan Rajab) sampai kami jelaskan beliau tidak sempat berbuka di bulan Rajab, serta beliau sempat juga berbuka di bulan Rajab, sampai kami jelaskan beliau tidak berpuasa di bulan Rajab. ”

Dari kisah tertera di atas dapat dimengerti jika Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam sempat berpuasa di bulan Rajab dengan utuh, serta Nabi juga sempat tidak berpuasa dengan utuh.

Berarti pada saat Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam tinggalkan puasa di bulan Rajab itu memberikan jika puasa di bulan Rajab bukan suatu yang harus. Demikianlah yang dimengerti beberapa ulama mengenai amalan Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam, bila Nabi lakukan satu amalan lalu Nabi meninggalkannya itu memberikan amalan itu bukan satu yang harus, serta hukum mengamalkannya merupakan sunnah.

Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Abu Daud serta Imam Ibnu Majah

عَن�' مُجِي�'بَةَ ال�'بَاهِلِيَّةِ عَن�' أَبِي�'هَا أَو�' عَمِّهَا أَنَّهُ : أَتَى رَسُو�'لَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَي�'هِ وَسَلَّمَ ثُُمَّ ان�'طَلَقَ فَأَتَاهُ بَع�'دَ سَنَةٍ وَقَد�' تَغَيَّرَت�' حَالَتُهُ وَهَي�'ئَتُهُ فَقَالَ يَا رَسُو�'لَ اللهِ أَمَا تَع�'رِفُنِي�'. قَالَ وَمَن�' أَن�'تَ قَالَ أَنَا ال�'بَاهِلِيِّ الَّذِي�' جِئ�'تُكَ عَامَ ا�'لأَوَّلِ قَالَ فَمَا غَيَّرَكَ وَقَد�' كُن�'تَ حَسَنَ ال�'هَي�'ئَةِ قَالَ مَا أَكَل�'تُ طَعَامًا إِلاَّ بِلَي�'لٍ مُن�'ذُ فَارَق�'تُكَ فَقَالَ رَسُو�'لُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَي�'هِ وَسَلَّمَ لِمَ عَذَّب�'تَ نَف�'سَكَ. ثُمَّ قَالَ صُم�' شَه�'رَ الصَّب�'رِ وَيَو�'مًا مِن�' كُلِّ شَه�'رٍ قَالَ زِد�'نِي�' فَإِنَّ بِي�' قُوَّةً قَالَ صُم�' يَو�'مَي�'نِ قَالَ زِد�'نِي�' قَالَ صُم�' ثَلاَثَةَ أَيَّامٍ قَالَ زِد�'نِي�' قَالَ صُم�' مِن�' ال�'حُرُمِ وَات�'رُك�' صُم�' مِنَ ال�'حُرُمِ وَات�'رُك�' صُم�' مِنَ ال�'حُرُمِ وَات�'رُك�' وَقَالَ بِأَصَابِعِهِ الثَّلاَثَةِ فَضَمَّهَا ثُمَّ أَر�'سَلَهَا. رواه أبو داود 2/322

“Dari Mujibah Al-Bahiliah dari ayahnya atau pamannya sebenarnya ia (bapak atau paman) hadir pada Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam lalu berpisah dan hadir lagi pada Rasulullah sesudah satu tahun dalam kondisi badan yang beralih (kurus), dia berkata : Yaa Rasulullah, apa engkau tidak mengenalku? Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam menjawab : Siapa Engkau? Dia juga berkata : Saya Al-Bahili yang sempat menemuimu satu tahun yang kemarin. Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam menanyakan : Apakah yang membuat kamu beralih sedang dahulu keadaanmu baik-baik saja (segar-bugar), Ia menjawab : Saya tidak makan terkecuali saat malam hari (yaitu berpuasa) sejak berpisah denganmu, karena itu Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam bersabda : Kenapa engkau menyiksa dirimu, berpuasalah di bulan sabar serta satu hari di tiap-tiap bulan, lantas ia berkata : Lebih lagi (yaa Rosulullah) sebenarnya saya masih tetap kuat. Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam berkata : Berpuasalah 2 hari (tiap-tiap bulan), dia juga berkata : Lebih lagi ya Rasulullah. Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam berkata : berpuasalah 3 hari (tiap-tiap bulan), ia juga berkata : Lebih lagi (Yaa Rasulullah), Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam bersabda : Bila engkau menginginkan berpuasalah engkau di bulan-bulan haram (Rajab, Dzul Qo’dah, Dzul Hijjah serta Muharrom) apabila engkau menginginkan karena itu tinggalkanlah, beliau menyampaikan hal tersebut 3x sekalian menggenggam 3 jarinya lalu membukanya.

Imam nawawi menuturkan hadits itu.

قَو�'لُهُ صَلَّى اللهُ عَلَي�'هِ وَسَلَّمَ” صُم�' مِنَ ال�'حُرُمِ وَات�'رُك�'” إنما أمره بالترك ; لأنه كان يشق عليه إكثار الصوم كما ذكره في أول الحديث. فأما من لم يشق عليه فصوم جميعها فضيلة. المجموع 6/439

“Sabda Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam :

صم من الحرم واترك

“Berpuasalah di bulan haram lalu tinggalkanlah”

Sebenarnya Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam memerintah berbuka pada orang itu karena dilihat puasa terus-terusan akan memberatkannya serta jadikan fisiknya beralih. Mengenai buat orang yang tidak terasa berat untuk lakukan puasa, karena itu berpuasa di bulan Rajab sepenuhnya merupakan suatu keutamaan. (Majmu’ Syarh Muhadzdzab juz 6 hal. 439)

Hadits kisah Usamah bin Zaid

قال قلت : يا رسول الله لم أرك تصوم شهرا من الشهور ما تصوم من شعبان قال ذلك شهر غفل الناس عنه بين رجب ورمضان وهو شهر ترفع فيه الأعمال إلى رب العالمين وأحب أن يرفع عملي وأنا صائم. رواه النسائي 4/201

“Aku berkata pada Rosulullah : Yaa Rosulullah saya tidak sempat melihatmu berpuasa seperti engkau berpuasa di bulan Sya’ban. Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam menjawab : Bulan Sya’ban itu merupakan bulan yang dilalaikan diantara bulan Rajab serta Ramadhan, serta bulan Sya’ban merupakan bulan diangkatnya amal-amal pada Allah Subhanahu wa Ta’ala serta saya ingin amalku dijadikan keadaaan saya berpuasa”. (Hadits Kisah Imam An-Nasa’I Juz 4 Hal. 201)

Imam Syaukani menjelaskan

ظاهر قوله في حديث أسامة : إن شعبان شهر يغفل عنه الناس بين رجب ورمضان أنه يستحب صوم رجب ; لأن الظاهر أن المراد أنهم يغفلون عن تعظيم شعبان بالصوم كما يعظمون رمضان ورجبا به. نيل الأوطار 4/291

Dengan tersurat yang dapat dimengerti dari hadits yang diriwayatkan oleh Usamah, Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam bersabda : “Sesungguhnya Sya’ban merupakan bulan yang seringkali dilalaikan manusia diantara Rajab serta Ramadhan” ini tunjukkan jika puasa Rajab merupakan sunnah karena dapat difahami dengan jelas dari sabda Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam jika mereka lupa dari mengagungkan Sya’ban dengan berpuasa karena mereka repot mengagungkan Ramadhan serta Rajab dengan berpuasa”. (Naylul Author juz 4 hal 291)


KOMENTAR PARA ULAMA TENTANG PUASA RAJAB

Dalam menanggapi mengenai puasa dibulan Rajab saran ulama terdiri jadi 2, namun 2 saran ini tidak sekeras yang kita dapatkan di lapangan pada sekarang ini yakni dengan membi’dahkan serta memfasiqkan beberapa aktor puasa Rajab.

Jumhur Ulama dari Madzhab Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i serta kisah dari Imam Ahmad bin Hanbal mereka menyampaikan bahwasannya disunnahkan puasa di bulan Rajab semua dan ada kisah lainnya dari Imam Ahmad bin Hanbal bahwasannya makruh mengutamakan lakukan puasa satu bulan penuh di bulan Rajab.

Namun didalam Madzhab Imam Ahmad bin Hanbal diterangkan bahwasannya kemakruhan ini akan hilang dengan 4 hal :

Dibolong (berbuka) 1 hari di bulan Rajab, atau
Disambung dengan puasa di bulan sebelum Rajab, atau
Disambung dengan puasa di bulan sesudah Rajab, atau
Dengan puasa pada hari apa pun di tidak hanya bulan Rajab.

Mungkin saja ada yang dengar dari salah satunya stasiun radio atau selebaran yang dibagi-bagi yang menyampaikan bahwasannya “Puasa Rojab merupakan Bid’ah Dholalah” dengan membawa Kisah dari Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam yang melarang puasa Rajab atau kisah dari Sayyidina Umar bin Khottob yang menyampaikan “Kami akan memukul orang yang lakukan puasa di bulan Rajab”. Walau sebenarnya kisah itu merupakan tidak benar serta palsu serta benar-benar begitu aneh orang yang membid’ahkan puasa bulan Rajab dengan dakwaan kisah puasa Rajab merupakan hadits-haditsnya palsu namun mereka sendiri tidak sadar jika malah kisah yang melarang puasa bulan Rajab merupakan palsu.

Dengan singkat beberapa ulama empat madzhab tidak ada yang menyampaikan puasa bulan Rajab merupakan bid’ah. Bahkan juga mereka setuju kalaupun puasa bulan Rajab merupakan sunnah termasuk juga dalam madzhab Imam Ahmad bin Hambal.

Di bawah ini uraian ulama empat mengenai puasa rojab :

1. Saran Ulama’ Madzhab Hanafi

Dijelaskan dalam Fatawa Al-Hindiyah Juz 1 Hal. 202 :

) المرغوبات من الصيام أنواع (أولها صوم المحرم والثاني صوم رجب والثالث صوم شعبان وصوم عاشوراء). اهـ

“Puasa yang disunnakahkan itu berbagai macam : Puasa Muharrom, Puasa Rajab, Puasa Sya’ban, Puasa ‘Asyuro’ (10 Muharrom) ”

2. Saran dari Ulama’ Madzhab Maliki

Dijelaskan dalam Syarh Al-Khorsyi ‘Ala Kholil Juz 2 Hal. 241 :

أنه يستحب صوم شهر المحرم وهو أول الشهور الحرم, ورجب وهو الشهر الفرد عن الأشهر الحرم). اهـ

“Sesungguhnya disunnahkan puasa di bulan Muharram serta puasa di bulan Rajab. ”

Dijelaskan dalam Hasyiah dari Syarh Al-Khorsyi ‘Ala Kholil :

بل يندب صوم بقية الحرم الأربعة وأفضلها المحرم فرجب فذو القعدة فالحجة). اهـ

“Disunnahkan puasa di bulan-bulan haram yang 4, sangat utamanya merupakan puasa di bulan Muharram lalu Rajab, Duzl Qo’dah serta Dzul Hijjah”.

Dijelaskan dalam Muqoddimah Ibnu Abi Zaid dan syarah Lil Fawaakih Al-Dawani juz 2 hal. 272 :

التنفل بالصوم مرغب فيه وكذلك, صوم يوم عاشوراء ورجب وشعبان ويوم عرفة والتروية وصوم يوم عرفة لغير الحاج أفضل منه للحاج. اهـ

“Melakukan puasa disunnahkan begitupun puasa dihari ‘Asyuro’, bulan Rajab, bulan Sya’ban, Hari ‘Arafah serta Tarwiyah sedang puasa pada hari ‘Arafah itu paling utama buat orang yang tidak haji”.

Dijelaskan dalam Syarh Ad-Dardir, syarah Muhtashor Kholil juz 1 hal. 513 :

وندب صوم المحرم ورجب وشعبان وكذا بقية الحرم الأربعة وأفضلها المحرم فرجب فذوالقعدة والحجة). اهـ

“Dan disunnahkan puasa Muharram, Rajab, Sya’ban begitupun bulan-bulan haram yang lain yang 4 serta sangat utamanya merupakan puasa Muharrom lalu Rajab, Duzl Qo’dah serta Dzul Hijjah”.

Dijelaskan dalam At-Taj Wa Al-Iklil juz 3 hal. 220 :

والمحرم ورجب وشعبان لو قال والمحرم وشعبان لوافق المنصوص. نقل ابن يونس : خص الله الأشهر الحرم وفضّلها وهي : المحرم ورجب وذو القعدة وذو الحجة. اهـ

“Dan disunnahkan Puasa Muharram, Rajab serta Sya’ban, andaikata beliau berkata “Puasa Muharram serta Sya’ban disunnahkan maka dapat mencocoki Nashnya”. Dinukil dari Ibnu Yunus bahwasannya “Allah SWT mengutamakan bulan-bulan haram serta mengutamakannya yakni : Muharram serta Rajab, Dzul Qo’dah serta Dzul Hijjah. ”

3. Saran dari Ulama’ Madzhab Syafi’i

Imam An-Nawawi mengatakan dalam Al-Majmu’ (Majmu’ Syarh Al-Muhadzdzab) juz 6 hal. 439 :

قال أصحابنا : ومن الصوم المستحب صوم الأشهر الحرم, وهي ذوالقعدة وذوالحجة والمحرم ورجب, وأفضلها المحرم. اهـ

“Berkata Ulama’ kami : Serta dari puasa yang disunnahkan merupakan puasa bulan-bulan haram yakni Dzul Qo’dah, Dzul Hijjah, Muharram serta Rajab sedang yang paling penting merupakan Muharram”.

Syaikhul Islam Zakariya Al-Anshori mengatakan dalam Asna Al-Mathollib juz 1 hal. 433 :

  1. ) وأفضل الأشهر للصوم (بعد رمضان الأشهر (الحرم (ذو القعدة وذو الحجة والمحرم ورجب) وأفضلها المحرم (لخبر مسلم * أفضل الصوم بعد رمضان شهر الله المحرم (ثم اقيها) وظاهره استواء البقية والظاهر تقديم رجب خروجا من خلاف من فضله على الأشهر الحرم). اهـ

“Paling utamanya bulan-bulan untuk puasa sesudah Ramadhan merupakan puasa di bulan-bulan Haram yakni Dzul Qo’dah, Dzul Hijjah, Muharrom serta Rojab sedang sangat Utamanya merupakan Muharram berdasar pada kisah dari Imam Muslim “Paling utamanya puasa sesudah Ramadhan merupakan bulan Allah Muharram lalu bulan haram yang lain. Dengan dhohir keutamaan di antara bulan haram yang lain itu sama (tidak hanya Muharram). Serta dengan dhohir memprioritaskan keutamaan Rajab supaya keluar dari Khilafnya ulama yang mengunggulkannya melewati bulan-bulan Haram”

Imam Ibnu Hajar mengatakan dalam Fatawa-nya juz 2 hal. 53 :

… وأما استمرار هذا الفقيه على نهي الناس عن صوم رجب فهو جهل منه وجزاف على هذه لشريعة المطهرة فإن لم يرجع عن ذلك وإلا وجب على حكام الشريعة المطهرة زجره وتعزيره التعزير البليغ المانع له ولأمثاله من المجازفة في دين الله تعالى ويوافقه إفتاء العز بن عبد السلام إنه سئل عما نقل عن بعض المحدثين من منع صوم رجب وتعظيم حرمته وهل يصح نذر صوم جميعه فقال في جوابه : نذر صومه صحيح لازم يتقرب إلى الله تعالى بمثله والذي نهى عن صومه جاهل بمأخذ أحكام الشرع وكيف يكون منهيا عنه مع أن العلماء الذين دونوا الشريعة لم يذكر أحد منهم اندراجه فيما يكره صومه بل يكون صومه قربة إلى الله تعالى. اهـ

“Orang yang melarang puasa Rajab karena itu itu merupakan kebodohan serta ketidak tahuan pada hukum syariat. Jika ia tidak menarik ucapannya itu karena itu harus buat hakim atau penegak hukum untuk menghukumnya dengan hukuman yang keras yang bisa mencegahnya serta menahan orang sekiranya yang mengakibatkan kerusakan agama Allah SWT.

Sama pendapat dengan adanya ini ‘Izzuddin Abdusssalam, sebenarnya beliau di tanya dari apakah yang dinukil dari beberapa Pakar Hadits mengenai larangan puasa Rajab serta pengharamannya, serta apa resmi orang yang bernadzar puasa Rojab satu bulan penuh karena itu beliau menjawab “Nadzar puasa Rajab itu resmi serta dapat mendekatkan diri pada Allah SWT. Mengenai larangan puasa Rajab itu merupakan saran orang yang bodoh akan pemungutan hukum-hukum syariat. Bagaimana dapat dilarang sedang beberapa Ulama’ yang dekat dengan syariat tidak ada yang mengatakan mengenai dimakruhkannya puasa Rajab bahkan juga disebutkan puasa Rojab merupakan mendekatkan diri pada Allah SWT (sunnah) ”.

Dijelaskan dalam Mughni Al-Muhtaj juz 2 hal. 187 :

أفضل الشهور للصوم بعد رمضان الأشهر الحرم, وأفضلها المحرم لخبر مسلم* أفضل الصوم بعد رمضان شهر الله المحرم ثم رجب, خروجا من خلاف من فضله على الأشهر الحرم ثم باقيها ثم شعبان). اهـ

“Paling utamanya bulan-bulan untuk lakukan puasa sesudah Ramadhan adalan bulan-bulan haram, sedang sangat utamanya merupakan Muharrom berdasar pada Hadits kisah Imam Muslim “Paling utamanya puasa sesudah Ramadhan merupakan puasa di bulan Allah Muharram” lalu Rajab supaya keluar dari Khilaf mengenai keutamaan Rajab pada bulan-bulan haram yang lain lalu Sya’ban”.

Dijelaskan dalam Nihayah Al-Muhtaj juz 3 hal. 211 :

) اعلم أن أفضل الشهور للصوم بعد رمضان الأشهر الحرم وأفضلها المحرم ثم رجب خروجا من خلاف من فضله على الأشهر الحرم ثم باقيها وظاهره الاستواء ثم شعبان (. اهـ

“Ketahuilah sebenarnya sangat utamanya bulan-bulan untuk lakukan puasa sesudah Ramadhan merupakan puasa bulan-bulan Haram. Sedang sangat utamanya merupakan Muharrom lalu Rojab supaya keluar dari Khilaf mengenai keistimewaannya atas bulan-bulan Haram yang lain, yang pasti keistimewaannya sama juga dengan bulan-bulan haram yang lain lalu Sya’ban”.

4. Saran dari Ulama’ Madzhab Hanbali

Ibnu Qudamah mengatakan dalam Al-Mughni juz 3 hal. 53 :

فصل : ويكره إفراد رجب بالصوم. قال أحمد : وإن صامه رجل, أفطر فيه يوما أو أياما, بقدر ما لا يصومه كله … قال أحمد : من كان يصوم السنة صامه, وإلا فلا يصومه متواليا, يفطر فيه ولا يشبهه برمضان). اهـ

“Fasal : Serta dimakruhkan mengutamakan Rajab dengan puasa, Imam Ahmad berkata ; “Apabila seorang berpuasa bulan Rajab karena itu berbukalah satu hari atau beberapa waktu kira-kira ia tidak puasa satu bulan penuh, Imam Ahmad berkata ; “Barangsiapa terlatih puasa satu tahun karena itu bisa berpuasa satu bulan penuh kalaupun tidak biasa puasa satu tahun jangan sampai berpuasa terus-terusan apabila ingin puasa Rajab satu bulan penuh sebaiknya ia berbuka di bulan Rajab (meskipun satu hari) supaya tidak mirip Ramadhan”.

Dari info itu begitu jelas jika Imam Ahmad tidak membidahkan puasa Rajab.

Dijelaskan dalam Al-Furu’ Karya Ibn Muflih juz 3 hal. 118 :

فصل : يكره إفراد رجب بالصوم نقل ابن حنبل : يكره, ورواه عن عمر وابنه وأبي بكرة, قال أحمد : يروى فيه عن عمر أنه كان يضرب على صومه, وابن عباس قال : يصومه إلا يوما أو أياما. وتزول الكراهة بالفطر أو بصوم شهر آخر من السنة. اهـ

“Fasal : Dimakruhkan mengutamakan Rojab dengan berpuasa berdasar pada apakah yang dinukil dari Imam Ahmad bin Hanbal serta diriwayatkan oleh Umar serta puteranya serta Abi bakrah. Imam Ahmad berkata “Diriwayatkan dari Sayyidina Umar Radhiyallohu ‘Anhu sebenarnya beliau memukul orang yang berpuasa Rajab, serta berkata Ibnu Abbas ; “Hendaknya berpuasa Rojab dengan berbuka satu hari atau beberapa hari”. Serta kemakruhan puasa bulan rojab akan hilang dengan berbuka (meskipun satu hari) atau mungkin dengan berpuasa di bulan lainnya tidak hanya bulan Rajab.

KESIMPULAN

Dari keterangan dari ulama empat madzhab begitu jelas jika puasa bulan Rajab merupakan sunnah cuma menurut madzhab Imam Ahmad saja yang makruh. Serta nyatanya kemakruhan puasa Rajab menurut madzhab Imam Hanbali itu juga bila dikerjakan satu bulan penuh. Mengenai kalaupun berbuka sehari saja atau di sambung dengan satu hari awal mulanya atau selanjutnya atau mungkin dengan lakukan puasa di tidak hanya bulan Rajab karena itu kemakruhannya akan hilang. Serta mereka tidak menyampaikan puasa Rajab bid’ah seperti yang ramai belakangan ini disuarakan oleh grup orang dengan menebar selebaran, tayangan radio atau internet.

Semoga tulisan hukum puasa rajab ini berguna untuk semua umat islam serta semoga AllahSubhanahu wata’ala jadikan bulan Rajab ini menjadi bulan kemenangan buat umat islam. Serta semoga Allah Subhanahu wata’ala jadikan kita menjadi hamba-hamba-Nya yang memakmurkan bulan-bulan suci ini dengan kebaikan serta ketaatan.