Hikmah Makna Pristiwa Kisah Isra Mi'raj Nabi Saw Di Bulan Rajab

Hikmah Makna Pristiwa Kisah Isra Mi'raj Nabi Saw Di Bulan Rajab - Masih dalam pembahasan seputar kejadian dan peistiwa serta keunggulan bulan rajab, yang mana juga sebelunnya sudah banyak kami sajikan pembahasan berkaitan salah satunya seperi puasa di bulan rajab hukum dalil dan keutamaannya. Nah kali ini akan di bahas seputar makna isra mi'raj baginda rasululullah saw yang terjadi pada bulan rajab ini.

Perjalanan isra serta mi’raj adalah perjalanan yang penuh karunia yang tunjukkan begitu Maha Kuasanya Allah SWT. Bagaimana seseorang hamba, Nabi Muhammad SAW bersama dengan ruh serta jasadnya meniti jarak beberapa ribu bahkan juga juta-an km. cuma pada sebuah malam saja. Serta dalam perjalanan yang demikian cepat itu, Allah kuasakan Nabi Muhammad dapat lihat kondisi seputar yang beliau lalui, baik peristiwa atau kondisi waktu isra ataupun mi’raj

Dalam ayat pertama surat Al-Isra, Allah dengan memberikan pujian pada dianya serta menyampaikan kabar kekuasaan serta keagungan-Nya atas semua hal. Kekuasaanya itu dibuktikan dengan mengusung hambanya ke hadirat-Nya ; “Maha Suci Allah, yang sudah memperjalankan hamba-Nya dalam satu malam dari Masjidil haram ke Masjidil Aqsha yang sudah kami berkahi sekelilingnya supaya Kami tunjukkan padanya beberapa dari pertanda (kebesaran) Kami. Sebenarnya Dia Maha Dengar serta Mengetahui”.

Hikmah Makna Pristiwa Kisah Isra Mi'raj Nabi Saw Di Bulan Rajab

Dalam literatur tafsir ayat ini memberikan kekhususan pada Nabi Muhamad yakni jika Allah sendiri yang berkehendak mengusung beliau ke langit bukan atas kehendak Nabi sendiri. Berlainan dengan beberapa nabi lainnya seperti Nabi Musa yang menginginkan dianya berjumpa dengan Rabbnya. Ini berarti Allah ingin tunjukkan keagungan serta kekuasaanya pada makhluknya dengan pilih Nabi Muhammad ini menjadi figur makhluk yang sangat spesial di depan Allah.

Dengan memi’rajkan baginda Nabi Muhammad, Allah ingin tunjukkan serta menyatakan pada golongan kafir dua hal sekaligus juga, yakni ; jika Allah Maha Berkuasa atas semua hal serta Nabi Muhammad merupakan betul-betul utusan/rasulnya. Serta siapa saja ikuti Al Musthafa ini dalam soal perkataan serta perbuatanya karena itu diyakinkan ia akan terhormat serta mendapatkan karunia dari Allah SWT sama dengan ayat itu.

Memang banyak saran mengenai kapan terjadinya momen isra’-miraj ini tetapi yang masyhur menurut Imam Nawawi Al_Jawi dalam Nuruz Zholam merupakan berlangsung saat malam senin tanggal 27 bulan rajab hingga tidaklah heran beberapa ulama nusantara memperingati momen ini pada bulan rajab untuk ambil karunia serta hikmah dari peringatan itu. Pengakuan Imam nawawi ini menjadi bukti atau landasan diadakannya peringatan isra-mi’raj di bulan rajab ini.

Diantara hikmah momen isra’-mi’raj menurut beberpa ulama merupakan seperti berikut ;

Imam as-Suyuthi dalam Khashaish Nabawayiah Kubro menuturkan beberapa hikmah perjalanan isra mi’raj. Beliau menyampaikan mengenai hikmah perjalanan isra dikerjakan pada malam hari karena malam hari merupakan waktu yang tenang untuk menyendiri serta waktu yang spesial. Itu waktu shalat yang diharuskan atas Nabi, seperti dalam firman-Nya, “Berdirilah shalat pada malam hari” (QS. Al-Muzammil : 2).

As-Suyuthi meneruskan, hikmah beliau disandingkan dengan Nabi Adam AS pada langit pertama karena Nabi Adam merupakan nabi serta manusia pertama. Di langit ke-2 berjumpa dengan Nabi Isa AS karena Nabi Isa merupakan yang sangat dekat eranya dengan Nabi Muhammad SAW.

Setelah itu di langit ke-3 berjumpa dengan Nabi Yusuf, karena umat Muhammad SAW akan masuk ke surga dengan tampilan serupawan Nabi Yusuf. Selanjutnya Nabi Idris, disebutkan jika beliaulah yang pertama-tama diangkat ke langit sebelum Nabi Isa serta Nabi Muhammad. Lalu berjumpa dengan Nabi Harun karena dia merupakan saudara Nabi Musa yang mendapinginya dalam berjuang.

Kemudian ketemu Nabi Musa karena keutamaan beliau sempat dibawa bicara oleh Allah. Serta paling akhir merupakan Nabi Ibrahim karena beliau merupakan ayah pilihan yaitu ayah beberapa nabi.

Ibnu Hajar dalam Fathul Bari dengan menukil pengakuan Abu Muhammad bin Abi Hamzah menyampaikan, “Hikmah perjalanan isra menuju Baitul Maqdis sebelum naik ke langit merupakan untuk memperlihatkan kebenaran terjadinya momen ini serta menyanggah beberapa orang yang ingin mendustakannya. Jika perjalanan isra dari Mekah langsung menuju langit, karena itu susah dikerjakan keterangan serta pembuktian pada beberapa orang yang memungkiri momen ini.

Saat disebutkan jika Nabi Muhammad mengawali perjalanan isra ke Baitul Maqdis, beberapa orang yang akan memungkiri juga menanyakan mengenai beberapa ciri Baitul Maqdis seperti yang sempat mereka lihat, serta mereka juga tahu jika Nabi Muhammad tidak pernah memandangnya.

Waktu Rasulullah menyampaikan kabar ciri-cirinya, mereka sadar jika momen isra pada malam itu betul-betul berlangsung. Umumnya mereka membetulkan apakah yang baginda Nabi jelaskan mengenai pengalaman isra serta mi'raj. Momen ini meningkatkan iman beberapa orang yang beriman serta membuat beberapa orang yang celaka makin bertambah keras bantahannya.

Sedang syaikh Al Qusyairi menyebutkan hikmah Isra Mi’raj ini merupakan sebenarnya Allah ingin masyarakat bumi belajar darinya mengenai beribadah serta masyarakat langit belajar darinya mengenai adab-adab beribadah. Dalam menyebutkan karakter nabi-Nya, Allah mengatakan dalam surat An-Najm ayat 17 ; “penglihatanya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya serta tidak juga melampuinya”.

Tujuannya merupakan baginda Nabi tidak senang melihat kekiri serta kekanan, tidak memohon suatu yang melewati apakah yang sudah dikasihkan Allah baik berbentuk keududukan atau kemuliaan dan lain-lain. Lewat momen ini juga Allah menyampaikan kabar jika tidak ada suatu juga yang menyamai-Nya baik dalam keagungan serta keindahan-Nya dan menyatakan jika Nabi Muhammad merupakan makhluk pilihan terbaik-Nya.

Ucapan-ucapan ulama ini memberikan indikasi begitu terpenting serta hebatnya Isra-Mi’raj ini. Momen ini di samping tunjukkan mukjizat nabi juga memiliki kandungan misteri perintah shalat yang cuma di ketahui Allah serta rasulnya. Shalat selain menjadi media beribadah sebagai fasilitas munajat pada Allah.

Dalam shalat terhimpun semua dzikir serta doa hingga saat seorang inginkan pertolongan dari Allah sebaiknya ia membangun shalat sama dengan firman-Nya yang berarti ; “Hai beberapa orang yang beriman, jadikanlah sabar serta shalat menjadi penolongmu, sebenarnya Allah bersama beberapa orang yang sabar. ” (QS. Al-Baqarah : 153)

Berdasarkan keterangan Muhammad Amin dalam As-sirah Nabawiyah min Fathil Bari mengatakan penekanan syariat shalat lewat perjalanan mi’raj ini karena saat Nabi Muhammad SAW mi’raj pada malam itu, beberapa malaikat tengah melaksanakan ibadah. Diantara mereka ada yang berdiri serta belum pernah duduk, ada yang selalu rukuk serta tidak sujud, ada yang selalu sujud serta belum pernah duduk, karena itu Allah SWT menghimpun semua beribadah ini untuk umat Nabi Muhammad. Oleh karenanya, seseorang hamba yang kerjakan shalat lewat cara berdiri, rukuk, sujud, serta duduk sudah mengumpulkan semua beribadah beberapa malaikat.

Di samping hikmah diatas, dengan perjalanan isra mi’raj ini, Allah juga inginkan supaya hamba serta Rasul-Nya rasakan periode baru dalam berdakwah, seperti Nabi Musa juga alami periode baru dengan pergi langsung mendakwahi Firaun serta diangkatnya saudaranya Harun untuk mengikuti dakwahnya.

Nabi Musa sebelum diperintah untuk menjumpai Firaun sudah Allah sediakan dengan beberapa jenis mukjizat serta keutamaan supaya beliau siap. Allah berfirman pada Nabi Musa ; “untuk Kami tunjukkan padamu sebahagian dari pertanda kekuasaan Kami yang besar sekali, Pergilah pada Fir´aun ; sebenarnya ia sudah melebihi batas. ” (QS. Thaha : 23-24)

Sama seperti dengan Nabi Muhammad SAW, Allah buat persiapan perjalanan dakwah beliau yang panjang dengan membawanya ke satu babak di mana disandingkan dengan Jibril, beberapa nabi, surga serta neraka, supaya kesabaran beliau semakin tertempa dalam melawan lika-liku perjalanan dakwah. Allah berfirman pada Nabi Muhammad ; “Sesungguhnya dia sudah lihat sebahagian pertanda (kekuasaan) Tuhannya yang terbesar. ” (QS. An-Najm : 18)

Lantas beliau SAW diistimewakan dengan mengimami beberapa nabi serta dinaikkan menuju sidratul muntaha, satu kelebihan yang tidak didapatkan oleh seoranng juga tidak hanya beliau. Serta sebesar-besar hikmah dari perjalanan isra mi’raj merupakan disyariatkannya shalat. Dengan melaksanankan shalat harus itu seseorang hamba menegakkan suatu keharusan ubudiyah yang dapat menahan udara nafsu, memberikan akhlak-akhlak mulia didalam hati, menyucikan jiwa dari karakter penakut, pelit, keluh kesah, serta putus harapan.

Dengan shalat kita dapat meminta pertolongan pada Allah dari persoalan yang kita hadapi. Allah SWT berfirman yang berarti : “Sesungguhnya manusia dibuat berbentuk keluh kesah lagi kikir. Jika ia ditimpa kesulitan ia berkeluh kesah, serta jika ia mendapatkan kebaikan ia sangat kikir, terkecuali beberapa orang yang kerjakan shalat, yang mereka itu masih kerjakan shalatnya. ” (QS. Al-Ma’arij : 19-23)

Rasulullah SAW merupakan seseorang yang selalu berdiri (shalat) bermunajat pada Rabbnya, hingga beliau temukan kesenangan dalam kerjakan shalat. Beliau bersabda ; “Dan jadikan penyejuk hatiku didalam shalat. ”

Lewat media shalat ini dapat beberapa orang beriman bisa ada di depan Allah seakan-akan Allah memang sengaja supaya umat Nabi Muhammad bisa menjumpainya setiap saat. Bahkan juga golongan sufi jadikan shalat ini menjadi mi’rajnya setiap waktu.

Mi’raj golongan sufi lebih pada riyadhan serta mujahadah untuk mendidik serta bersihkan qalbunya supaya tetap suci serta menghadap Allah. Berarti mi’raj mereka bergantung pada tingkatan ruhaninya semasing dalam perjumpaanya dengan Allah SWT.

Mudah-mudahan Allah jadikan kita termasuk juga beberapa orang yang semangat dalam kerjakan shalat serta tidak lupa dalam mengerjakannya. Mudah-mudahan shalat jadi penyejuk hati kita serta jalan untuk mendekatkan diri pada Rabb kita. Wallau a’lam Bisshowab.