Khutbah Jum'at Terbaru Tentang Keutamaan Bulan Rajab 2019 1440 H Singkat - Dengan terminologi khutbah merupakan ceramah yang memakai ajaran agama. Khutbah adalah pekerjaan dakwah yang sangat efisien yang mempunyai tujuan untuk membawa orang yang lain untuk tingkatkan kualitas ketaqwaan dengan memberikan nasehat yang dalamnya berbentuk ajaran agama. Khotib merupakan seseorang Da’i yang lakukan khutbah sholat Jum’at. Khotib mesti dari seseorang muslim yang mempunyai pengetahuan Islam yang luas, khotib harus juga mempunyai mental yang kuat.
Sebagian ulama mendeskripsikan “khotbah” menjadi ‘perkataan tersusun yang memiliki kandungan nasehat serta informasi’. Namun, pengertian ini sangat umum. Artikel terkait tentang puasa rajab 2019 Mengenai pengertian yang lebih jelas adalah pengertian yang dikasihkan oleh Dr. Ahmad Al-Hufi yakni, ‘Cabang pengetahuan atau seni bicara di depan beberapa orang dengan arah memberikan keyakinan serta merubah mereka’. Dengan begitu, khotbah mesti dikatakan dengan lisan di depan beberapa orang serta mesti memberikan keyakinan dengan argumen-argumen yang kuat dan memberi dampak pada pendengar, baik itu berbentuk motivasi atau peringatan.
Beberapa pakar fikih berlainan saran tentang hukum khotbah pada shalat Jumat, apa termasuk juga prasyarat shalat hingga shalat Jumat tidak resmi tanpa dia, atau sebatas sunah hingga shalat Jumat masih resmi tanpa dia. Terkait dengan hal seperti ini, beberapa pakar fikih terdiri ke dua saran.
Saran pertama mengatakan jika khotbah adalah prasyarat shalat Jumat. Saran ini merupakan saran Hanafiah serta sebagian besar Malikiah. Saran ini merupakan saran yang sahih buat mereka, demikian pula Syafi’iah serta Hanabilah. Dijelaskan dalam kitab Al-Hawi, “Hal ini adalah saran semua pakar fikih tidak hanya Hasan Al-Bashri, karena ia menyelisihi saran ijma’ ; ia berkata, ‘Khotbah tidak harus. ’” Dijelaskan juga dalam kitab Al-Mughni, “… Kesimpulannya merupakan jika khotbah adalah prasyarat shalat Jumat ; shalat Jumat tidak resmi tanpa dia, serta kami tidak tahu saran yang bertentangan terkecuali saran Hasan. ” Saran ke-2 mengatakan jika khotbah adalah sunah Jumat. Ini adalah saran Hasan Al-Bashri.
Khutbah I
Satu hari Rasulullah bersama dengan sahabatnya merasakan kondisi krisis air. Sampai waktu shalat Ashar datang, mereka yang berikhtiar mencarinya di beberapa tempat gagal mendapatkannya. Air yang ada hanya air bekas yang banyaknya tidak banyak.
Dalam kondisi itu, Nabi lakukan suatu yang membuat orang tercengang. Rasulullah masukkan tangan beliau ke air bekas yang ada dalam suatu wadah itu serta berseru pada beberapa sahabatnya, " Mari awalilah berwudhu. Barakah hadir dari Allah. "
Beberapa teman dekat melihat di sela-sela jari Nabi memancar air. Beberapa teman dekat tidak cuma dapat wudhu dengan prima, tetapi juga menghilangkan perasaan haus karena air dapat juga diminum. Cerita ini dapat kita dapatkan dalam 'Umdatul Qari' Syarah Shahih Bukhari.
Yang menarik dari narasi barusan merupakan beberapa kata Rasulullah mengenai " al-barakah mina-Llâh ". Cerita itu tunjukkan jika karunia bersumber dari Allah, bukan manusia, air, pohon, matahari, atau yang lain. Walau, objek yang diberkahi itu dapat apa, termasuk juga air serta jemari Nabi. Krisis air bukan rintangan buat beberapa teman dekat untuk melaksanakan ibadah, bahkan juga mereka dapat sekaligus juga melihat mukjizat Nabi yang pasti semakin tingkatkan keteguhan iman mereka.
Jamaah shalat Jumat rahimakumullah,
Dalam Lisanul Arab, " barakah " dimaknai menjadi an-mâ' waz ziyâdah, tumbuh serta makin bertambah. Sebagian ulama merinci lagi jika karunia merupakan menambahnya kebaikan (ziyâdaatul khair). Kebaikan yang disebut pasti bukan kesenangan duniawi, tetapi tingkat kesadaran kita pada Allah, taqarrub ilallah.
Karunia dengan begitu tidak berkaitan dengan beberapa atau sekurang-kurangnya harta benda. Orang yang kaya raya mungkin saja tidak mendapatkan keberkahan hidup saat harta bendanya malah membuatnya terasa butuh dihormati, merendahkan orang miskin, berfoya-foya, atau untuk kegiatan maksiat. Demikian sebaliknya, kemiskinan dapat menghadirkan karunia waktu hal tersebut melatihnya bersabar, mensyukuri nikmat, atau berlaku baik pada tetangga.
Karunia juga tidak mesti terkait dengan kesehatan. Karena, keadaan sakit juga terkadang dapat membuat orang instrospeksi diri (muhasabah), tobat, dzikir, serta mengingat-ingat hak-hak orang yang lain yang mungkin saja ia langgar. Walau, sakit juga dapat juga berbuah petaka saat seorang malah semakin banyak merintih, mencibir rahmat Allah, atau lakukan suatu yang melebihi batas.
Tempat yang karunia tidak harus subur, sejuk, atau yang pemandangannya indah. Buktinya Allah memberikan kelebihan pada tanah Makkah yang gersang. Begitu halnya waktu. Waktu yang karunia belumlah pasti masa-masa hari raya atau hari berkabung. Tetapi keberkahan saat itu hadir pada saat seluruh momen di dalamnya membuat kita sekain dekat dengan Allah.
Jamaah shalat Jumat rahimakumullah,
Berkaitan dengan karunia atau barokah, Rasulullah memberikan teladan pada umatnya untuk memanjatkan doa saat masuk bulan Rajab :
اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ
“Duhai Allah, berkahilah kami pada bulan Rajab serta bulan Sya’ban serta pertemukanlah kami dengan bulan Ramadlan. ” (Lihat Muhyiddin Abi Zakariya Yahya bin Syaraf An-Nawawi, Al-Adzkâr, Penerbit Darul Hadits, Kairo, Mesir)
Bulan Rajab adalah salah sebulan haram, berarti bulan yang dimuliakan. Dalam Islam, ada empat bulan haram diluar Ramadhan, yaitu Dzulqa'dah, Dzulhijjah, Muharram, serta Rajab. Waktu datang waktu Rajab, yang Rasulullah mohon merupakan keberkahan bulan ini, lantas keberkahan bulan Sya’ban, sampai ia disandingkan dengan bulan suci Ramadhan.
Waktu bulan Rajab datang, Rasulullah tidak meminta kekayaan, kesehatan, atau kesenangan duniawi dengan spesial. Beliau berdoa supaya dilimpahi keberkahan di bulan Rajab serta Sya’ban bersamaan dengan menyambut bulan Ramadhan. Otomatis, doa ini merupakan permintaan panjang usia. Tentunya bukan sebatas umur panjang, tapi umur yang berguna untuk mendekatkan diri pada Allah.
Inti dari karunia merupakan penambahan taqarrub kita pada Allah, hingga kepribadian kita diliputi oleh sifat-sifat yang mencerminkan perintah Allah : jujur, adil, rendah hati, perduli sesama, penyayang, tidak serakah, tidak suka menggunjing atau menghakimi orang yang lain, dan lain-lain. Kita juga makin rajin memaknai tiap-tiap kegiatan kita atas basic nilai beribadah. Bekerja untuk menafkahi keluarga karena Allah, turut kerja bakti tingkat RT karena Allah, bertegur sapa dengan tetangga karena Allah, dan sebagainya.
Apa kita tidak bisa berdoa meminta harta atau kesehatan di bulan Rajab ini? Tentunya bisa. Cuma saja, yang lebih terpenting dari jumlahnya kekayaan serta kesehatan merupakan karunia, yaitu satu keadaan yang dapat meningkatkan ketaatan kita pada Allah subhanahu wata’ala.
Diterangkan dalam Shahih Bukhari, Rasulullah sendiri sempat mendoakan sahabatnya, Anas dengan pengakuan :
اللَّهُمَّ أكْثِرْ مَالَهُ، وَوَلَدَهُ، وَبَارِكَ لَهُ فِيمَا أعْطَيْتَهُ
Berarti : “Ya Allah perbanyaklah harta serta anaknya dan berkahilah rahmat yang Engkau beri padanya. ”
Kata karunia disini adalah kunci dari seluruh nikmat lahiriah. Dengan keberkahan seorang bukan sekedar kaya harta tetapi juga kaya hati : terasa cukuplah, bersukur, serta tidak tamak ; bukan sekedar mengutamakan jumlah anak, tetapi juga mutunya yang shalih, cerdas, serta berakhlak.
Jamaah shalat Jumat rahimakumullah,
Dari uraian ini jelas jika bulan Rajab jadi karunia ketika ada perubahan dalam diri kita berkaitan kedekatan serta ketaatan kita pada Allah. Saat keberkahan itu hadir, dengan automatis kualitas kepribadian kita juga bertambah, baik dalam keadaan susah ataupun lega, sehat ataupun sakit, miliki banyak utang ataupun dilimpahi keuntungan.
Keberkahan di bulan Rajab serta Sya'ban ini terpenting mengingat kita akan melawan bulan Ramadhan, bulan yang tambah lebih mulia serta berlimpah keutamaan. Mudah-mudahan kita jadi pribadi-pribadi yang selalu diberkahi, selalu dikasih panduan, serta dipanjangkan umurnya sampai dapat menjumpai Ramadhan. Wallahu a'lam.
Khutbah II
Menjadi catatan, atsar yang mengatakan jika dua khotbah adalah alternatif dua rakaat shalat zuhur tidak dapat jadikan dalil karena sanadnya terputus serta itu cuma pengucapan teman dekat. Mengenai penyebutan atsar itu disini hanya menjadi isyarat jika sebagian pakar fikih memakainya menjadi dalil dalam persoalan ini.
Itulah sedikit pembahasan mengenai khutbah jum'at bulan rajab yang bisa kami sampaikan dalam website ini, semoga kalian yang membutuhkan rekomendasi mengenai hal ini bisa memanfaatkan dengan sangat baik untuk di jadikan dakwah ketika di beri tugas menjadi seorang khotib.
Sebagian ulama mendeskripsikan “khotbah” menjadi ‘perkataan tersusun yang memiliki kandungan nasehat serta informasi’. Namun, pengertian ini sangat umum. Artikel terkait tentang puasa rajab 2019 Mengenai pengertian yang lebih jelas adalah pengertian yang dikasihkan oleh Dr. Ahmad Al-Hufi yakni, ‘Cabang pengetahuan atau seni bicara di depan beberapa orang dengan arah memberikan keyakinan serta merubah mereka’. Dengan begitu, khotbah mesti dikatakan dengan lisan di depan beberapa orang serta mesti memberikan keyakinan dengan argumen-argumen yang kuat dan memberi dampak pada pendengar, baik itu berbentuk motivasi atau peringatan.
Beberapa pakar fikih berlainan saran tentang hukum khotbah pada shalat Jumat, apa termasuk juga prasyarat shalat hingga shalat Jumat tidak resmi tanpa dia, atau sebatas sunah hingga shalat Jumat masih resmi tanpa dia. Terkait dengan hal seperti ini, beberapa pakar fikih terdiri ke dua saran.
Saran pertama mengatakan jika khotbah adalah prasyarat shalat Jumat. Saran ini merupakan saran Hanafiah serta sebagian besar Malikiah. Saran ini merupakan saran yang sahih buat mereka, demikian pula Syafi’iah serta Hanabilah. Dijelaskan dalam kitab Al-Hawi, “Hal ini adalah saran semua pakar fikih tidak hanya Hasan Al-Bashri, karena ia menyelisihi saran ijma’ ; ia berkata, ‘Khotbah tidak harus. ’” Dijelaskan juga dalam kitab Al-Mughni, “… Kesimpulannya merupakan jika khotbah adalah prasyarat shalat Jumat ; shalat Jumat tidak resmi tanpa dia, serta kami tidak tahu saran yang bertentangan terkecuali saran Hasan. ” Saran ke-2 mengatakan jika khotbah adalah sunah Jumat. Ini adalah saran Hasan Al-Bashri.
Khutbah I
الحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ خَلَقَ الزّمَانِ وَفَضَّلَ بَعْضَهُ عَلَى بَعْضٍ فَخَصَّ بَعْضُ الشُّهُوْرِ وَالأَيَّامِ وَالَليَالِي بِمَزَايَا وَفَضَائِلِ يُعَظَّمُ فِيْهَا الأَجْرُ والحَسَنَاتُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى بِقَوْلِهِ وَفِعْلِهِ إِلَى الرَّشَادِ. اللّهُمَّ صَلّ وسّلِّمْ علَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمّدٍ وِعَلَى آلِه وأصْحَابِهِ هُدَاةِ الأَنَامِ في أَنْحَاءِ البِلاَدِ. أمَّا بعْدُ، فيَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللهَ تَعَالَى بِفِعْلِ الطَّاعَاتِ
فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ:
يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Satu hari Rasulullah bersama dengan sahabatnya merasakan kondisi krisis air. Sampai waktu shalat Ashar datang, mereka yang berikhtiar mencarinya di beberapa tempat gagal mendapatkannya. Air yang ada hanya air bekas yang banyaknya tidak banyak.
Dalam kondisi itu, Nabi lakukan suatu yang membuat orang tercengang. Rasulullah masukkan tangan beliau ke air bekas yang ada dalam suatu wadah itu serta berseru pada beberapa sahabatnya, " Mari awalilah berwudhu. Barakah hadir dari Allah. "
Beberapa teman dekat melihat di sela-sela jari Nabi memancar air. Beberapa teman dekat tidak cuma dapat wudhu dengan prima, tetapi juga menghilangkan perasaan haus karena air dapat juga diminum. Cerita ini dapat kita dapatkan dalam 'Umdatul Qari' Syarah Shahih Bukhari.
Yang menarik dari narasi barusan merupakan beberapa kata Rasulullah mengenai " al-barakah mina-Llâh ". Cerita itu tunjukkan jika karunia bersumber dari Allah, bukan manusia, air, pohon, matahari, atau yang lain. Walau, objek yang diberkahi itu dapat apa, termasuk juga air serta jemari Nabi. Krisis air bukan rintangan buat beberapa teman dekat untuk melaksanakan ibadah, bahkan juga mereka dapat sekaligus juga melihat mukjizat Nabi yang pasti semakin tingkatkan keteguhan iman mereka.
Jamaah shalat Jumat rahimakumullah,
Dalam Lisanul Arab, " barakah " dimaknai menjadi an-mâ' waz ziyâdah, tumbuh serta makin bertambah. Sebagian ulama merinci lagi jika karunia merupakan menambahnya kebaikan (ziyâdaatul khair). Kebaikan yang disebut pasti bukan kesenangan duniawi, tetapi tingkat kesadaran kita pada Allah, taqarrub ilallah.
Karunia dengan begitu tidak berkaitan dengan beberapa atau sekurang-kurangnya harta benda. Orang yang kaya raya mungkin saja tidak mendapatkan keberkahan hidup saat harta bendanya malah membuatnya terasa butuh dihormati, merendahkan orang miskin, berfoya-foya, atau untuk kegiatan maksiat. Demikian sebaliknya, kemiskinan dapat menghadirkan karunia waktu hal tersebut melatihnya bersabar, mensyukuri nikmat, atau berlaku baik pada tetangga.
Karunia juga tidak mesti terkait dengan kesehatan. Karena, keadaan sakit juga terkadang dapat membuat orang instrospeksi diri (muhasabah), tobat, dzikir, serta mengingat-ingat hak-hak orang yang lain yang mungkin saja ia langgar. Walau, sakit juga dapat juga berbuah petaka saat seorang malah semakin banyak merintih, mencibir rahmat Allah, atau lakukan suatu yang melebihi batas.
Tempat yang karunia tidak harus subur, sejuk, atau yang pemandangannya indah. Buktinya Allah memberikan kelebihan pada tanah Makkah yang gersang. Begitu halnya waktu. Waktu yang karunia belumlah pasti masa-masa hari raya atau hari berkabung. Tetapi keberkahan saat itu hadir pada saat seluruh momen di dalamnya membuat kita sekain dekat dengan Allah.
Jamaah shalat Jumat rahimakumullah,
Berkaitan dengan karunia atau barokah, Rasulullah memberikan teladan pada umatnya untuk memanjatkan doa saat masuk bulan Rajab :
اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ
“Duhai Allah, berkahilah kami pada bulan Rajab serta bulan Sya’ban serta pertemukanlah kami dengan bulan Ramadlan. ” (Lihat Muhyiddin Abi Zakariya Yahya bin Syaraf An-Nawawi, Al-Adzkâr, Penerbit Darul Hadits, Kairo, Mesir)
Bulan Rajab adalah salah sebulan haram, berarti bulan yang dimuliakan. Dalam Islam, ada empat bulan haram diluar Ramadhan, yaitu Dzulqa'dah, Dzulhijjah, Muharram, serta Rajab. Waktu datang waktu Rajab, yang Rasulullah mohon merupakan keberkahan bulan ini, lantas keberkahan bulan Sya’ban, sampai ia disandingkan dengan bulan suci Ramadhan.
Waktu bulan Rajab datang, Rasulullah tidak meminta kekayaan, kesehatan, atau kesenangan duniawi dengan spesial. Beliau berdoa supaya dilimpahi keberkahan di bulan Rajab serta Sya’ban bersamaan dengan menyambut bulan Ramadhan. Otomatis, doa ini merupakan permintaan panjang usia. Tentunya bukan sebatas umur panjang, tapi umur yang berguna untuk mendekatkan diri pada Allah.
Inti dari karunia merupakan penambahan taqarrub kita pada Allah, hingga kepribadian kita diliputi oleh sifat-sifat yang mencerminkan perintah Allah : jujur, adil, rendah hati, perduli sesama, penyayang, tidak serakah, tidak suka menggunjing atau menghakimi orang yang lain, dan lain-lain. Kita juga makin rajin memaknai tiap-tiap kegiatan kita atas basic nilai beribadah. Bekerja untuk menafkahi keluarga karena Allah, turut kerja bakti tingkat RT karena Allah, bertegur sapa dengan tetangga karena Allah, dan sebagainya.
Apa kita tidak bisa berdoa meminta harta atau kesehatan di bulan Rajab ini? Tentunya bisa. Cuma saja, yang lebih terpenting dari jumlahnya kekayaan serta kesehatan merupakan karunia, yaitu satu keadaan yang dapat meningkatkan ketaatan kita pada Allah subhanahu wata’ala.
Diterangkan dalam Shahih Bukhari, Rasulullah sendiri sempat mendoakan sahabatnya, Anas dengan pengakuan :
اللَّهُمَّ أكْثِرْ مَالَهُ، وَوَلَدَهُ، وَبَارِكَ لَهُ فِيمَا أعْطَيْتَهُ
Berarti : “Ya Allah perbanyaklah harta serta anaknya dan berkahilah rahmat yang Engkau beri padanya. ”
Kata karunia disini adalah kunci dari seluruh nikmat lahiriah. Dengan keberkahan seorang bukan sekedar kaya harta tetapi juga kaya hati : terasa cukuplah, bersukur, serta tidak tamak ; bukan sekedar mengutamakan jumlah anak, tetapi juga mutunya yang shalih, cerdas, serta berakhlak.
Jamaah shalat Jumat rahimakumullah,
Dari uraian ini jelas jika bulan Rajab jadi karunia ketika ada perubahan dalam diri kita berkaitan kedekatan serta ketaatan kita pada Allah. Saat keberkahan itu hadir, dengan automatis kualitas kepribadian kita juga bertambah, baik dalam keadaan susah ataupun lega, sehat ataupun sakit, miliki banyak utang ataupun dilimpahi keuntungan.
Keberkahan di bulan Rajab serta Sya'ban ini terpenting mengingat kita akan melawan bulan Ramadhan, bulan yang tambah lebih mulia serta berlimpah keutamaan. Mudah-mudahan kita jadi pribadi-pribadi yang selalu diberkahi, selalu dikasih panduan, serta dipanjangkan umurnya sampai dapat menjumpai Ramadhan. Wallahu a'lam.
بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ
Menjadi catatan, atsar yang mengatakan jika dua khotbah adalah alternatif dua rakaat shalat zuhur tidak dapat jadikan dalil karena sanadnya terputus serta itu cuma pengucapan teman dekat. Mengenai penyebutan atsar itu disini hanya menjadi isyarat jika sebagian pakar fikih memakainya menjadi dalil dalam persoalan ini.
Itulah sedikit pembahasan mengenai khutbah jum'at bulan rajab yang bisa kami sampaikan dalam website ini, semoga kalian yang membutuhkan rekomendasi mengenai hal ini bisa memanfaatkan dengan sangat baik untuk di jadikan dakwah ketika di beri tugas menjadi seorang khotib.