Hadist Dalil Tentang Puasa Sunnah Bulan Rajab Penjelasan Lengkap

Hadist Dalil Tentang Puasa Sunnah Bulan Rajab Penjelasan Lengkap - Di bulan Rajab ini, banyak muncul beberapa tulisan bahasan tentang hukum kerjakan puasa Rajab yang sering menimbulkan masalah. Di mana hal seperti ini tetap terulang-ulang tiap-tiap tahunnya, sedang beberapa fuqaha di madzhab empat sendiri telah mengulas masalah ini. Mari kita lihat, bagaimana duduk permasalahannya sebetulnya menurut mereka.

Madzhab Hanafi

Yang disenangi dari puasa-puasa ada banyak jenis, yang pertama merupakan puasa Al Muharram, ke-2 puasa Rajab serta ke tiga merupakan puasa Sya’ban serta puasa Asyura’ (Al Fatawa Al Hindiyah, 1/202)

Tempat madzhab Hanafi cukuplah jelas, bahwasannya mereka mengatakan jika puasa di bulan Rajab dengan mutlak merupakan masalah yang disenangi.

Hadist Dalil Tentang Puasa Sunnah Bulan Rajab Penjelasan Lengkap

Seperti bila seseorang bernadzar untuk berpuasa penuh di bulan Rajab, karena itu ia harus berpuasa satu bulan penuh dengan berpatokan pada hilalnya. (Syarh Fath Al Qadir, 2/391)

Madzhab Maliki

Al Lakhmi mengatakan jika bulan-bulan yang paling penting untuk berpuasa sesudah Ramadhan merupakan tiga, yaitu Al Muharram, Rajab serta Sya’ban. (Al Mawahib Al Jalil, hal. 319)

Ad Dardir menyatatakan bahwasannya disunnahkan puasa bulan Al Muharram, Rajab serta Sya’ban, demikian pula di empat bulan haram yang di mana paling penting merupakan Al Muharram lalu Rajab lantas Dzulqa’dah serta Dzulhijjah. (Syarh Ad Dardir ‘ala Khalil, 1/513)

Dengan begitu, Madzhab Al Maliki berndapat tentang kesunnahan puasa di bulan Rajab dengan mutlak, walau dengan satu bulan penuh.

Madzhab Syafi`i

Ulama Madzhab Asy Syafi’i mensunnahkan puasa di bulan Rajab, di mana Imam An Nawawi berkata, ”Telah berkata ashabuna : Dari puasa yang disunnahkan merupakan puasa di bulan-bulan haram, yaitu Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Al Muharram serta Rajab. ” (Al Majmu’, 6/438)

Hal sama dikatakan di Imam An Nawawi dalam kitab yang lainnya (lihat, Raudhah Ath Thalibin, 2/254).

Ibnu Hajar Al Haitami juga mengatakan, ”Dan disunnahkan (puasa) di bulan-bulan haram, bahkan juga ia merupakan seutama-utamanya bulan untuk berpuasa sesudah Ramadhan, yakni Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Al Muharram serta Rajab. ” (Minhaj Al Qawim dengan Hasyiyah At Tarmasi, 5/804, 805)

Dengan begitu, dapat dismpulkan jika Madzhab Asy Syafi’i mensunnahkan puasa Rajab dengan mutlak, tanpa melihat jika amalan itu dikerjakan di beberapa bulan Rajab atau di semua setiap harinya.

Imam Asy Syafi’i dalam saran qadim mengatakan makruh menyempurnakan puasa sebulan di tidak hanya bulan Ramadhan, supaya tidak ada orang jahil yang mengikuti serta menduga jika puasa itu diharuskan, karena yang diharuskan hanya puasa Ramadhan. Akan tetapi saat unsur itu hilang, Imam Asy Asyafi’i mengatakan, ”jika ia kerjakan karena itu hal tersebut baik. ” (Fadhail Al Auqat, 28)

Madzhab Hanbali

Al Buhuti mengatakan jika mengutamakan puasa di bulan Rajab hukumya makruh. Akan tetapi Al Buhuti meneruskan, ”Dan hilang kemakruhan dengan berbuka walau cuma satu hari, atau berpuasa pada bulan lainnya di tahun itu. ” (Kasyf Al Qina’, hal. 1003)

Hal sama dikatakan Ibnu Rajab Al Hanbali, jika kemakruhan puasa di bulan Rajab hilang dengan tidak berpuasa penuh di bulan Rajab atau berpuasa penuh dengan meningkatkan puasa satu bulan di bulan yang lain di tahun itu. Sedang Imam Ahmad mengatakan tidak berpuasa Rajab dengan penuh terkecuali buat yang berpuasa terus-terusan. (Lathaif Al Ma’arif, hal. 230)

Dengan begitu, madzhab Hanbali cuma melihat makruh buat yang mengutamakan Rajab untuk berpuasa satu bulan penuh, akan tetapi saat hal tersebut dikerjakan tidak penuh di bulan itu, atau berpuasa penuh akan tetapi dengan berpuasa satu bulan di bulan lainnya karena itu hilanglah unsur kemakruhan.

Dapat diambil kesimpulan jika semua madzhab diatas setuju tentang dibolehkannya puasa bulan Rajab dengan tidak penuh. Khilaf yang berlangsung merupakan berpuasa penuh di bulan Rajab tanpa dibarengi dengan puasa yang lain. Serta khilaf yang berlangsung sekitar pada hukum sunnah dengan makruh, bukan haram.

Sesudah tempat beberapa ulama madzhab empat jelas buat kita, jika hal seperti ini merupakan permasalahan khilafiyah yang mu’tabar, di mana laku aturan yang mengatakan bahwasannya permasalahan ikhfilaf tidak bisa diinkari. Dengan begitu, jalinan baik pada umat Islam akan terbangun.

Hukum puasa Rajab tetap jadi bahan pembicaraan beberapa orang. Penduduk masih tetap bertanya-tanya bagaimana sebenarnya posisi puasa Rajab dalam Islam : apa disunnahkan atau dilarang? Jawaban dari pertanyaan ini pasti bukan suatu yang baru. Banyak ulama yang menuturkan tentang kebolehannya.

Namun, tiap-tiap masuk bulan Rajab tetap saja ada orang maupun grup yang menafikan kemampuan amal baik itu. Argumen yang mereka kemukakan umumnya begitu ciri khas serta itu-itu saja : adakah hadis spesifik mengenai kesunnahan puasa Rajab atau sudah pernahkah Rasulullah SAW mengerjakannya.

Dahulu, pertanyaan seperti ini sempat disampaikan Utsman Ibn Hakim al-Anshari pada Sa’id Ibn Jubair. Dialog pada kedua-duanya dicatat oleh Imam Muslim dalam kitab Shahih-nya. Tersebut kutipannya :

سألت سعيد بن جبير عن صوم رجب فقال سمعت بن عباس يقول كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يصوم حتى نقول لا يفطر ويفطر حتى نقول لا يصوم

“Saya menanyakan pada Sa’id Ibn Jubair mengenai puasa Rajab, beliau menjawab berdasar pada cerita dari Ibnu ‘Abbas jika Rasulullah SAW selalu berpuasa sampai kami berkata kelihatannya beliau akan berpuasa semua bulan. Akan tetapi satu waktu beliau tidak berpuasa sampai kami berkata, kelihatannya beliau akan tidak puasa satu bulan penuh. ” (HR : Muslim)

Hadis ini memberikan Rasulullah sempat kerjakan puasa di bulan Rajab meskipun tidak satu bulan penuh. Ini sekaligus juga membuktikkan puasa Rajab bukan termasuk juga masalah bid’ah tercela. Agar lebih jelas, Imam al-Nawawi dalam Syarah Muslim menuturkan :

الظاهر أن مراد سعيد بن جبير بهذا الاستدلال أن لا نهي عنه ولا ندب فيه لعينه بل له حكم باقي الشهور ولم يثبت في صوم رجب نهي ولا ندب لعينه ولكن أصل الصوم مندوب إليه وفي سنن أبي داود أن رسول الله صلى الله عليه وسلم ندب إلى الصوم من الأشهر الحرم ورجب أحدها

“Maksud Sa’id Ibn Jubair beristidlal dengan hadis ini merupakan pada intinya Rasulullah SAW tidak melarang puasa Rajab serta tidak juga menyunnahkannya. Namun, hukum puasa Rajab sama juga dengan puasa di bulan lainnya. Tidak ada dalil spesifik yang melarang puasa Rajab serta menyunnahkannya. Pada hakekatnya, hukum puasa merupakan sunnah. Dalam Sunan Abu Dawud diterangkan jika Rasulullah SAW mensunnahkan puasa di bulan haram (asyhur hurum) serta Rajab satu diantara bulan itu. ”

Dari keterangan Imam al-Nawawi diatas bisa dimengerti jika lakukan puasa di bulan rajab merupakan sunnah dengan beberapa argumen : sempat, disaksikan dari hukum aslinya, puasa disunnahkan kapan juga saat tidak ditangani pada saat terlarang, seperti hari raya Idhul Fitri atau Idhul Adha ; ke-2, walau tidak diketemukan dalil spesifik berkaitan puasa Rajab, akan tetapi butuh dilihat, Rasulullah SAW mensunnahkan puasa di bulan haram (asyhur hurum) serta Rajab termasuk juga satu diantara bulan haram.

Demikian sedikit dari dalil puasa rajab yang bisa kalian pelajari juga meliputi Hadist nabi saw dalil tentang puasa sunnah bulan rajab 10 hari penjelasan lengkap aswaja menurut salaf nu muhammadiah.